Selasa

Masyarakat Belum Sadar Berasuransi, Pengganti Jiwa atau Pelindung di Masa Depan?


Kesadaran masyarakat di Indonesia untuk berasuransi khususnya asuransi jiwa, dinilai masih rendah. Fenomena gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan asuransi, ternyata tidak serta merta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berasuransi.


Ketua Financial Planner Asociation Indonesia. Ita Guntari Hudiwinarti mengungkapkan, dalam benak masyarakat telanjur tertanam citra yang negatif pada cara-cara penjualan produk asuransi oleh agen asuransi.
“Memang selama ini ada image agen asuransi dalam menjual menerapkan hard selling atau rada maksa,” kata Ita, di Surabaya, Selasa (24/4).
Agen asuransi dinilai hanya mementingkan agar produk asuransi yang ditawarkan segera terjual dan perusahaan menerima pembayaran premi dari nasabah. Menurut Ita, untuk menghilangkan citra negatif atas pola penjualan agen asuransi tersebut, para agen perlu mengubah pola pendekatan dalam menjual produk asuransi. “Agen bisa menjual produk dengan konsep perencana keuangan. Dalam hal ini agen membantu klien dalam mengelola keuangan,” ujar Ita.

Sementara itu, Kepala Cabang PT Asuransi Takaful Keluarga, Asy’ari Suparmin, mengungkapkan, meski sudah mengalami perkembangan dibandingkan dengan kondisi tiga tahun lalu, kesadaran masyarakat dalam berasuransi masih kurang. “Memang dibanding tiga hingga 5 tahun lalu kesadaran sudah meningkat, tetapi tingkat kesadaran belum sepenuhnya,” kata Asy’ari.

Oleh sebab itu, pelaku industri asuransi harus kreatif dalam merancang produk asuransi agar mudah diterima masyarakat. Takaful sendiri berupaya memacu pertumbuhan penghimpunan premi dengan menyederhanakan produk asuransi jiwa.
Dikatakan Ita, bagi calon nasabah dituntut cermat menghadapi gencarnya kegiatan promosi perusahaan asuransi di Indonesia. Sebab pada dasarnya, semua masyarakat baik kelompok berpendapatan besar hingga pas-pasan perlu melindungi diri dengan asuransi. “Sekarang perusahaan asuransi jor-joran tawarkan beragam produk, konsumen  disuguhi beragam alternatif produk. Bandingkan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh,” kata Ita.
Ita memberi tips, sebelum memutuskan berasuransi khususnya asuransi jiwa, perlu disadari bahwa asuransi bukan menggantikan jiwa dari orang yang diasuransikan. Tetapi yang terutama dipertimbangkan, tujuan berasuransi dalam melindungi seseorang dari hilangnya pendapatan yang nantinya digunakan kebutuhan pendidikan, masa pensiun, maupun kebutuhan perawatan kesehatan.

Setelah memahami kebutuhan, konsumen bisa menentukan perusahaan apa saja yang menyediakan. Ita menyarankan konsumen melihat rating perusahaan dari laporan keuangan masing-masing. Hal ini terkait kemampuan membayar klaim yang nantinya diajukan. Setelah itu, konsumen baru boleh memilih salah satu atau beberapa jenis produk dari yang ditawarkan agen asuransi. Yang terkahir dipertimbangkan adalah bagaimana layanan perusahaan atau agen asuransi terebut. ytz

Yakin Asuransi Jiwa Tetap Tumbuh
Kendati kesadaran masyarakat dalam berasuransi belum tinggi. Kalangan perusahaan asuransi tetap yakin jika pasar tetap mengalami pertumbuhan positif tahun ini.
Asy’ari Suparmin, Kepala Cabang PT Asuransi Takaful Keluarga, perusahaan asuransi berbasis syariah, optimistis pertumbuhan penghimpunan premi bisa mencapai 37 persen tahun 2007.
Penghimpunan premi pada 2007 ditargetkan naik menjadi Rp 8,5 miliar dari Rp 6,2 miliar pada 2006. Premi tahun lalu juga mengalami pertumbuhan yang signifikan dari Rp 4,3 miliar pada 2005. “Selain kesadaran sedikit membaik, kami menggabungkan promosi, pengembangan jaringan dan inovasi produk,” kata Asy’ari, Selasa (24/4).
Hal yang sama diakui Yoseph Sipa, Regional Director PT AJ Central Asia Raya (CAR) dan Harisman Susanto, Regional Director Surabaya PT AIG Life. “Pertumbuhan tetap terjadi tetapi tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya karena ada masalah lumpur Lapindo. Tahun lalu tumbuh kurang dari 10 persen,” kata Yoseph.

Selama  2006, Yoseph menyebutkan, CAR (kecukupan modal) mampu menjaring pasar baru sekitar Rp 26 miliar. Sehingga total premi yang dikelola di wilayah Jatim telah mencapai di atas Rp 60 miliar. “Sekitar 40 persen didominasi produk asuransi eksekutif dan unit link,” kata Yoseph.
Sementara itu, Harisman mengungkapkan, dengan produk unggulan unit link, PT AIG Life di Jatim menargetkan bisa meraih Rp 100 miliar pasar baru. Jumlah ini meningkat dari perolehan tahun lalu yang berkisar Rp 60 miliar. “Momen saat ini masyarakat mencari instrumen investasi lain karena bunga deposito makin rendah,” kata Harisman.

Selain momen penurunan suku bunga deposito, Harisman mengungkapkan, produk asuransi unit link yang merupakan gabungan asuransi dan investasi makin diminati karena investor mencari instrumen investasi yang lebih bisa dipercaya. “Sejumlah kejadian penipuan berkedok perusahaan investasi menunjukkan bahwa produk investasi semacam unit link asuransi jauh lebih aman,” imbuhnya. ytz

source: surya online
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar